Lidah adalah pedang yang tajam. Tidak terima anaknya diledek berwajah jelek, Debbie Piscitella, seorang ibu di Florida, Amerika Serikat (AS), mencekik remaja 14 tahun yang tega mengatai putrinya itu. Debbie sangat tersinggung ketika remaja itu mengatakan saking jeleknya wajah putrinya itu, ia bahkan enggan memperkosanya.
Kisah ini berawal ketika putri Debbie mengupload foto-foto dirinya ke jejaring sosial, Facebook. Foto itu mendapat komentar yang melecehkan dan vulgar dari temannya. Temannya itu tega menyebut putri Debbi sangat jelek dan tidak menarik. Demikian diberitakan Tampa Bay Times, yang dikutip Daily Mail pada Jumat (1/6).
Putri Debbie langsung mengadu kepada ayahnya, Jim Piscitella. Jim meminta bocah itu untuk berhenti meledek putrinya dan meminta maaf, namun permintaan itu tidak diindahkannya.
Selang beberapa jam kemudian, Debbie dan putrinya pergi ke sebuah pusat perbelanjaan, Mal Tyrone Square. Tanpa sengaja mereka bertemu dengan bocah yang meledek itu. Spontan, Debbie yang terbakar emosi menarik ransel bocah itu dan mencekik lehernya hingga meninggalkan bekas luka berwarna merah muda di sekeliling lehernya. Penyerangan itu segera dilaporkan bocah itu kepada polisi untuk ditindaklanjuti.
"Ibu dari bocah perempuan itu tampak sangat marah. Ia meletakkan tangannya di sekitar tenggorokan anak laki-laki itu dan mencekiknya," ujar petugas polisi setempat.
Tidak lama setelah insiden penyerangan yang dilakukannya, Debbie menulis status di akun Facebook miliknya dan menyesali perbuatannya. Dia sadar tidak seharusnya ia melakukan penyerangan itu. Namun ia tidak dapat menerima perbuatan bocah laki-laki yang melecehkan putrinya. "Saya tidak seharusnya melakukan penyerangan itu. Namun, tidak ada yang akan mengerti bagaimana perasaan Saya. Putri Saya adalah seorang gadis yang manis, dia sangat baik," ujar Debbie.
Akibat perbuatannya itu, Debbie pun ditangkap dan diharuskan membayar denda ribuan dolar AS.
Dalam peristiwa ini kita bisa mendapat sedikitnya dua hal, pertama untuk lebih hati-hati mengeluarkan pernyataan karena itu bisa menyakiti perasaan orang lain. Kedua, untuk bisa menguasai emosi agar kita tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sumber : okezone/vina cahyonoputri